Parabel Kejatuhan Badai

Parable of Storm’s Descent

2024

Written by Ratu Rizkitasari Saraswati

Edited by Aprilia Ramadhani and Ivan Mous

Translated by Baiq Nadia Yunarthi

Lambat laun, dengan keberanian, perempuan itu mendekati seorang juru tulis yang mempersiapkan catatan-catatannya di pelabuhan. Lantas ia bertanya, “Apa alasan kalian melakukan semua ini?” Juru tulis tua itu lantas menjawab, “Hidup kami amatlah berkekurangan. Bangsa kami berperang bertahun-tahun dengan negeri-negeri tetangga, sehingga banyak dari kami hidup dalam kemelaratan. Tak ada makanan yang cukup, juga tak ada pekerjaan. Maka pilihan untuk mengadu nasib hingga mempertaruhkan nyawa, berlayar di samudra penuh bahaya, adalah pilihan yang masuk akal untuk orang-orang kecil seperti saya ini.”

Mata perempuan itu terbelalak, lalu ia berkata, “Begitukah cara pikir Anda? Apakah lebih baik orang Selatan seperti saya yang menderita daripada orang Utara seperti Anda? Siapa yang berhak memutuskan nyawa siapa yang lebih bernilai?” Suara wanita itu tercekat, amarah membuncah dari dadanya ke tenggorokan.

Slowly, with a steady heart, the woman approaches a scribe meticulously preparing his journals at the bustling port. She inquires, “What compels you to embark on this journey?” The old scribe responds, "Our lives are plagued by trials. For a long time, our country has been involved in conflicts with our neighboring lands. As a result, many of us are facing difficult situations. Food is scarce, as are opportunities. Hence, it is reasonable for lowly folk such as myself to risk our lives on a dangerous ocean voyage."

The woman's eyes widen, and she speaks, "Is such your way of thinking? Is it better for a Southerner like me to suffer, instead of a Northerner like you? Who holds the authority to decree whose life holds greater worth?" Her voice falters, as anger rises from her breast to her throat.

Photograph printed on lightbox, found objects, 22-minute sound recording, text

Presentation in Titicara: Meruah, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung

Documentation by Selasar Sunaryo Art Space team and the artist.

Voice by Ratu R. Saraswati

Script by Ratu R. Saraswati

Script editing by Aprilia Ramadhani

Sound recording by Ratu R. Saraswati, Ivan Mous, Eldwin Pradipta

Sound editing by Ratu R. Saraswati, Ivan Mous, José Biscaya, Hồ Ngọc Đức

Booklet design by Sidney Islam

Acknowledgment: Maharani Mancanagara, Yosefa Aulia, Adytria Negara, Selasar Sunaryo Art Space team.

Video, text, performance

Storytelling in RE_NATURE Festival, Ruigoord, Amsterdam

Documentation by Fransisca Angela

Previous
Previous

Thinking of the Clever Kancil

Next
Next

Among the Glimmers